Kisah Tukang Ojek Menyisihkan Uang untuk Umroh
Saya kagum pada tukang ojek yang mangkal di salah satu warung kopi. Saat menunggu penumpang, mereka berbincang soal kehidupan, dan kebetulan saya mendengar obrolan mereka. Di antara para tukang ojek, terdapat sejumlah rencana yang menarik untuk masa depan. Ada yang menyisihkan pendapatannya untuk menyicil rumah sederhana bersubsidi, ada yang berencana membeli kredit sepeda motor baru, dan ada juga yang menabung untuk membuka warung.
Namun, salah satu tukang ojek bernama Parto memiliki tujuan yang berbeda. Dia dengan tekun menyisihkan sebagian besar pendapatannya untuk Umroh. Tak peduli berapa pun pendapatan yang diterimanya. ika mendapat Rp150 ribu, maka Parto akan menyisihkan Rp100 ribu untuk Umroh, sisanya Rp50 ribu untuk dirinya sendiri. Jika mendapat Rp100 ribu, dia akan menyisihkan Rp75 ribu untuk Umroh, sisanya Rp25 ribu untuk dirinya. Bahkan jika hanya mendapatkan Rp50 ribu, dia akan menyisihkan sebagian kecil yaitu Rp10 ribu untuk dirinya, sementara sisanya Rp40 ribu untuk Umroh.
Kisah Parto yang begitu bersemangat untuk Umroh membuat saya tertarik. Saya penasaran dengan kehidupannya dan memutuskan untuk mengunjungi rumahnya suatu hari. Ketika saya sampai di rumahnya, semakin kagum saya pada Parto. Meskipun hidupnya pas-pasan, dia dengan tulus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk mewujudkan cita-citanya.
Ketika kami berbincang, isterinya keluar menyajikan kopi panas. Saya semakin terkesan dengan kesederhanaan mereka berdua. Tiba-tiba, Parto memperkenalkan isterinya, dan berkata, "Inilah isteri saya, namanya Umroh." Saat itu saya baru memahami, sambil tersenyum dan meneguk kopi, bahwa "Umroh" adalah nama isteri Parto.
Akhirnya, saya menyadari bahwa meskipun Parto belum bisa naik haji, dia telah berkali-kali naik Umroh. Kehidupan mereka yang sederhana tetapi penuh dengan keikhlasan dan cinta membuat saya terinspirasi.
Namun, salah satu tukang ojek bernama Parto memiliki tujuan yang berbeda. Dia dengan tekun menyisihkan sebagian besar pendapatannya untuk Umroh. Tak peduli berapa pun pendapatan yang diterimanya. ika mendapat Rp150 ribu, maka Parto akan menyisihkan Rp100 ribu untuk Umroh, sisanya Rp50 ribu untuk dirinya sendiri. Jika mendapat Rp100 ribu, dia akan menyisihkan Rp75 ribu untuk Umroh, sisanya Rp25 ribu untuk dirinya. Bahkan jika hanya mendapatkan Rp50 ribu, dia akan menyisihkan sebagian kecil yaitu Rp10 ribu untuk dirinya, sementara sisanya Rp40 ribu untuk Umroh.
Kisah Parto yang begitu bersemangat untuk Umroh membuat saya tertarik. Saya penasaran dengan kehidupannya dan memutuskan untuk mengunjungi rumahnya suatu hari. Ketika saya sampai di rumahnya, semakin kagum saya pada Parto. Meskipun hidupnya pas-pasan, dia dengan tulus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk mewujudkan cita-citanya.
Ketika kami berbincang, isterinya keluar menyajikan kopi panas. Saya semakin terkesan dengan kesederhanaan mereka berdua. Tiba-tiba, Parto memperkenalkan isterinya, dan berkata, "Inilah isteri saya, namanya Umroh." Saat itu saya baru memahami, sambil tersenyum dan meneguk kopi, bahwa "Umroh" adalah nama isteri Parto.
Akhirnya, saya menyadari bahwa meskipun Parto belum bisa naik haji, dia telah berkali-kali naik Umroh. Kehidupan mereka yang sederhana tetapi penuh dengan keikhlasan dan cinta membuat saya terinspirasi.