Kelinci dan Ular Yatim Piatu
Dahulu kala di sebuah hutan kecil yang indah, tinggal seekor kelinci yatim piatu dan seekor ular yatim piatu. Dengan kebetulan yang mengejutkan, keduanya buta sejak lahir.
Suatu hari, kelinci itu melompat melalui hutan, dan ular itu menyusup menembus hutan, tiba-tiba si kelinci tersandung ular itu dan terjatuh. Ini tentu saja mengagetkan ular itu.
"Oh, maafkan aku," kata kelinci itu, "Aku sangat menyesal. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku sudah buta sejak lahir, jadi aku tidak bisa melihat ke mana aku pergi. Sebenarnya, karena aku juga seorang yatim piatu, aku bahkan tidak tahu siapa aku."
"Oh, tidak apa-apa," jawab ular itu. "Sebenarnya, ceritaku sama seperti milikmu. Aku juga sudah buta sejak lahir, dan aku juga tidak pernah mengenal ibuku. Mungkin aku bisa meraba sekujur tubuhmu, dan mencari tahu siapa kamu sebenarnya, jadi setidaknya kamu tahu siapa dirimu."
"Oh, itu akan sangat menyenangkan," jawab si kelinci.
Jadi ular itu melilit kelinci, dan berkata, "Nah, kamu ditutupi dengan bulu lembut, telinga kamu benar-benar panjang, hidung kamu berkedut, dan kamu memiliki ekor yang lembut. Kukatakan bahwa kau pasti seekor kelinci."
"Oh terima kasih! Terimakasih!" teriak si kelinci, dalam kegembiraan. Kelinci tersebut menyarankan kepada ular itu, "Mungkin aku bisa mencoba merabamu dengan tanganku, dan membantu kamu dengan cara yang sama seperti yang telah kamu lakukan padaku."
Jadi si kelinci memegang seluruh bagian tubuh ular itu, dan berkata, "Baiklah, kamu halus dan licin, dan kamu memiliki lidah bercabang, tidak ada tulang punggung, dan tidak memiliki biji kemaluan. Aku bisa mengatakan kamu adalah politisi."
Suatu hari, kelinci itu melompat melalui hutan, dan ular itu menyusup menembus hutan, tiba-tiba si kelinci tersandung ular itu dan terjatuh. Ini tentu saja mengagetkan ular itu.
"Oh, maafkan aku," kata kelinci itu, "Aku sangat menyesal. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku sudah buta sejak lahir, jadi aku tidak bisa melihat ke mana aku pergi. Sebenarnya, karena aku juga seorang yatim piatu, aku bahkan tidak tahu siapa aku."
"Oh, tidak apa-apa," jawab ular itu. "Sebenarnya, ceritaku sama seperti milikmu. Aku juga sudah buta sejak lahir, dan aku juga tidak pernah mengenal ibuku. Mungkin aku bisa meraba sekujur tubuhmu, dan mencari tahu siapa kamu sebenarnya, jadi setidaknya kamu tahu siapa dirimu."
"Oh, itu akan sangat menyenangkan," jawab si kelinci.
Jadi ular itu melilit kelinci, dan berkata, "Nah, kamu ditutupi dengan bulu lembut, telinga kamu benar-benar panjang, hidung kamu berkedut, dan kamu memiliki ekor yang lembut. Kukatakan bahwa kau pasti seekor kelinci."
"Oh terima kasih! Terimakasih!" teriak si kelinci, dalam kegembiraan. Kelinci tersebut menyarankan kepada ular itu, "Mungkin aku bisa mencoba merabamu dengan tanganku, dan membantu kamu dengan cara yang sama seperti yang telah kamu lakukan padaku."
Jadi si kelinci memegang seluruh bagian tubuh ular itu, dan berkata, "Baiklah, kamu halus dan licin, dan kamu memiliki lidah bercabang, tidak ada tulang punggung, dan tidak memiliki biji kemaluan. Aku bisa mengatakan kamu adalah politisi."