Sengketa Kepemilikan Sapi
Anak seorang pengacara yang baru saja lulus kuliah sedang mempertimbangkan masa depannya. Dia pergi ke ayahnya, yang memiliki kantor yang sangat besar, dan bertanya apakah ia mungkin diberikan meja di sudut kantornya agar ia bisa mengamati aktivitas ayahnya. Ia bisa diperkenalkan kepada klien ayahnya sebagai pegawai magang. Dengan cara ini, dia bisa memutuskan apakah mau jadi pengacara atau tidak. Ayahnya pikir ini adalah ide yang bagus, dan mereka segera mengatur posisi di kantor.
Pada hari pertama anaknya bekerja, klien pertama di pagi hari adalah seorang pria kasar dengan tangan kapalan, yang mulai percakapan sebagai berikut: "Pak Pengacara, saya bekerja untuk orang yang bernama Ramlan yang memiliki peternakan di pinggiran kota. Selama bertahun-tahun saya telah merawat tanaman dan hewan mereka, termasuk beberapa ekor sapi. Saya telah membesarkan dan merawat sapi-sapi itu, merawat mereka, memberi mereka makan, dan itu menjadikan saya yakin bahwa saya adalah pemilik sapi itu. Pak Ramlan meninggal dan anaknya telah mewarisi peternakan itu, dan ia yakin bahwa karena sapi-sapi itu dibesarkan di peternakan dan diberi jeraminya, maka sapi-sapi itu diakui sebagai miliknya. Singkatnya, kami memiliki sengketa mengenai kepemilikan sapi-sapi itu."
Pengacara mengatakan, "Saya telah mendengar penjelasan Anda. Saya akan membawa kasus Anda ke pengadilan. JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!"
Setelah petani itu pergi, klien berikutnya datang. Seorang muda, pria berpakaian rapi, jelas nampak sebagai orang berada.
"Nama saya Juki Ramlan. Saya memiliki sebuah peternakan di sisi timur kota," katanya. "Selama bertahun-tahun, seorang petani telah bekerja untuk keluarga saya, merawat tanaman dan hewan, termasuk beberapa ekor sapi. Sapi-sapi itu telah dibesarkan di tanah saya dan diberi jerami saya, dan saya percaya bahwa sapi itu adalah milik saya, tapi petani itu percaya bahwa sejak ia merawat mereka, sapi-sapi itu adalah miliknya. Singkatnya, kami memiliki sengketa kepemilikan sapi."
"Saya sudah cukup mendengar penjelasan Anda. Saya akan mengambil kasus Anda. JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!"
Setelah klien itu pergi, si anak datang kepada ayahnya dengan tatapan serius.
"Ayah, saya tahu tentang hukum, tetapi saya pikir, kita memiliki masalah serius mengenai sapi-sapi ini."
"Nak, JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!" kata sang pengacara, "Sapi-sapi itu akan menjadi milik kita!"
Pada hari pertama anaknya bekerja, klien pertama di pagi hari adalah seorang pria kasar dengan tangan kapalan, yang mulai percakapan sebagai berikut: "Pak Pengacara, saya bekerja untuk orang yang bernama Ramlan yang memiliki peternakan di pinggiran kota. Selama bertahun-tahun saya telah merawat tanaman dan hewan mereka, termasuk beberapa ekor sapi. Saya telah membesarkan dan merawat sapi-sapi itu, merawat mereka, memberi mereka makan, dan itu menjadikan saya yakin bahwa saya adalah pemilik sapi itu. Pak Ramlan meninggal dan anaknya telah mewarisi peternakan itu, dan ia yakin bahwa karena sapi-sapi itu dibesarkan di peternakan dan diberi jeraminya, maka sapi-sapi itu diakui sebagai miliknya. Singkatnya, kami memiliki sengketa mengenai kepemilikan sapi-sapi itu."
Pengacara mengatakan, "Saya telah mendengar penjelasan Anda. Saya akan membawa kasus Anda ke pengadilan. JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!"
Setelah petani itu pergi, klien berikutnya datang. Seorang muda, pria berpakaian rapi, jelas nampak sebagai orang berada.
"Nama saya Juki Ramlan. Saya memiliki sebuah peternakan di sisi timur kota," katanya. "Selama bertahun-tahun, seorang petani telah bekerja untuk keluarga saya, merawat tanaman dan hewan, termasuk beberapa ekor sapi. Sapi-sapi itu telah dibesarkan di tanah saya dan diberi jerami saya, dan saya percaya bahwa sapi itu adalah milik saya, tapi petani itu percaya bahwa sejak ia merawat mereka, sapi-sapi itu adalah miliknya. Singkatnya, kami memiliki sengketa kepemilikan sapi."
"Saya sudah cukup mendengar penjelasan Anda. Saya akan mengambil kasus Anda. JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!"
Setelah klien itu pergi, si anak datang kepada ayahnya dengan tatapan serius.
"Ayah, saya tahu tentang hukum, tetapi saya pikir, kita memiliki masalah serius mengenai sapi-sapi ini."
"Nak, JANGAN KHAWATIR TENTANG SAPI-SAPI ITU!" kata sang pengacara, "Sapi-sapi itu akan menjadi milik kita!"