Pendeta dan Seorang Ateis
Seorang pendeta tua berada di sebuah pesawat terbang dan duduk di samping seorang yang mengaku sebagai ateis.
Mereka dengan damai mengobrol selama perjalanan.
Sesekali, cucu pendeta itu, duduk di baris kursi yang lain, datang kepadanya, membawakan dia minum, dan bertanya apakah ia bisa mengambilkan sesuatu untuk membuatnya lebih nyaman.
Setelah ini terjadi beberapa kali, si ateis mulai mengeluh, "Saya berharap cucu-cucu saya akan memperlakukan saya dengan hormat seperti itu. Mereka bahkan nyaris tidak menyapa saya. Apa rahasianya?"
Pendeta itu menjawab: "Cucu-cucu saya berpikir, saya dua generasi lebih dekat dengan Adam dan Hawa, dua individu yang dibuat oleh tangan Tuhan. Jadi mereka menghormati saya. Namun menurut filosofi yang Anda ajarkan... cucu anda berpikir Anda adalah dua generasi lebih dekat dengan monyet. Jadi mengapa mereka harus menghormati Anda?"
Mereka dengan damai mengobrol selama perjalanan.
Sesekali, cucu pendeta itu, duduk di baris kursi yang lain, datang kepadanya, membawakan dia minum, dan bertanya apakah ia bisa mengambilkan sesuatu untuk membuatnya lebih nyaman.
Setelah ini terjadi beberapa kali, si ateis mulai mengeluh, "Saya berharap cucu-cucu saya akan memperlakukan saya dengan hormat seperti itu. Mereka bahkan nyaris tidak menyapa saya. Apa rahasianya?"
Pendeta itu menjawab: "Cucu-cucu saya berpikir, saya dua generasi lebih dekat dengan Adam dan Hawa, dua individu yang dibuat oleh tangan Tuhan. Jadi mereka menghormati saya. Namun menurut filosofi yang Anda ajarkan... cucu anda berpikir Anda adalah dua generasi lebih dekat dengan monyet. Jadi mengapa mereka harus menghormati Anda?"