Bermain Golf di Usia Senja
"Bagaimana permainan golf kamu, sayang?" tanya istri Rahmat.
"Yah, aku memukul dengan cukup baik, tapi penglihatanku kabur dan aku tidak bisa melihat ke mana bola melayang," jawabnya.
"Tapi kamu berusia 75 tahun, sayang!" menegur istrinya, "Mengapa kamu tidak mengajak abangku Suwondo main golf bersama?"
"Tapi umurnya sudah 85 dan tidak bermain golf lagi," protes Rahmat.
"Tapi dia punya penglihatan yang sempurna. Dia akan membantu melihat bolanya untuk kamu," Tracy menunjukkan.
Keesokan harinya Rahmat bermain golf dengan Suwondo. Rahmat mengayunkan dan bolanya menghilang di tengah rerumputan.
"Apakah kamu melihatnya?" tanya Rahmat.
"Ya," jawab Suwondo.
"Nah, di mana itu?" teriak Rahmat, sambil mencoba melihat ke kejauhan.
"Saya lupa."
"Yah, aku memukul dengan cukup baik, tapi penglihatanku kabur dan aku tidak bisa melihat ke mana bola melayang," jawabnya.
"Tapi kamu berusia 75 tahun, sayang!" menegur istrinya, "Mengapa kamu tidak mengajak abangku Suwondo main golf bersama?"
"Tapi umurnya sudah 85 dan tidak bermain golf lagi," protes Rahmat.
"Tapi dia punya penglihatan yang sempurna. Dia akan membantu melihat bolanya untuk kamu," Tracy menunjukkan.
Keesokan harinya Rahmat bermain golf dengan Suwondo. Rahmat mengayunkan dan bolanya menghilang di tengah rerumputan.
"Apakah kamu melihatnya?" tanya Rahmat.
"Ya," jawab Suwondo.
"Nah, di mana itu?" teriak Rahmat, sambil mencoba melihat ke kejauhan.
"Saya lupa."