Mencoba Konsultasi dengan Psikoanalis
Seorang pria masuk ke sebuah restoran dan memesan segelas kopi. Ia meneguk kopi kemudian melemparkan sisanya ke wajah pelayan restoran.
Sebelum pelayan ini bisa pulih dari rasa terkejut, orang itu mulai menangis. "Saya benar-benar menyesal. Saya terus melakukan itu kepada pelayan di restoran lain. Saya tidak bisa mengatakan betapa memalukan itu karena saya tiba-tiba memiliki dorongan seperti ini."
Jauh dari marah, pelayan itu berubah mejadi simpatik. Tak lama, ia menunjukkan bahwa laki-laki itu perlu bertemu dengan seorang psikoanalis tentang masalahnya.
"Saya kebetulan memiliki nama psikoanalis," kata pelayan, "Saudara saya dan istri saya memiliki beberapa masalah mirip seperti ini, dan mereka mengatakan bahwa mereka pulih setelah dirawat oleh psikoanalis ini."
Pria itu menuliskan nama dokter, dan mengucapkan terima kasih kepada pelayan dan pergi. Pelayan itu tersenyum, mengetahui dia melakukan perbuatan baik untuk sesama manusia.
Enam bulan kemudian, pria itu kembali.
"Apakah Anda melakukan apa yang saya sarankan?" pelayan bertanya, sambil melayani segelas kopi.
"Tentu saja saya lakukan," kata pria itu. "Saya telah berkonsultasi kepada psikoanalis dua kali seminggu."
Ia meneguk kopi kemudian melemparkan sisa kopi ke wajah si pelayan.
Pelayan bingung dan menyeka wajahnya dengan handuk. "Dokter tampaknya tidak melakukan hal yang baik," kata dia setengah kaget.
"Sebaliknya," kata orang itu, "dia melakukan yang sangat baik kepada saya."
"Tapi anda melemparkan kopi ke wajah saya lagi!" seru pelayan.
"Ya," pria itu menjawab, "tapi sekarang saya tidak merasa malu lagi!"
Sebelum pelayan ini bisa pulih dari rasa terkejut, orang itu mulai menangis. "Saya benar-benar menyesal. Saya terus melakukan itu kepada pelayan di restoran lain. Saya tidak bisa mengatakan betapa memalukan itu karena saya tiba-tiba memiliki dorongan seperti ini."
Jauh dari marah, pelayan itu berubah mejadi simpatik. Tak lama, ia menunjukkan bahwa laki-laki itu perlu bertemu dengan seorang psikoanalis tentang masalahnya.
"Saya kebetulan memiliki nama psikoanalis," kata pelayan, "Saudara saya dan istri saya memiliki beberapa masalah mirip seperti ini, dan mereka mengatakan bahwa mereka pulih setelah dirawat oleh psikoanalis ini."
Pria itu menuliskan nama dokter, dan mengucapkan terima kasih kepada pelayan dan pergi. Pelayan itu tersenyum, mengetahui dia melakukan perbuatan baik untuk sesama manusia.
Enam bulan kemudian, pria itu kembali.
"Apakah Anda melakukan apa yang saya sarankan?" pelayan bertanya, sambil melayani segelas kopi.
"Tentu saja saya lakukan," kata pria itu. "Saya telah berkonsultasi kepada psikoanalis dua kali seminggu."
Ia meneguk kopi kemudian melemparkan sisa kopi ke wajah si pelayan.
Pelayan bingung dan menyeka wajahnya dengan handuk. "Dokter tampaknya tidak melakukan hal yang baik," kata dia setengah kaget.
"Sebaliknya," kata orang itu, "dia melakukan yang sangat baik kepada saya."
"Tapi anda melemparkan kopi ke wajah saya lagi!" seru pelayan.
"Ya," pria itu menjawab, "tapi sekarang saya tidak merasa malu lagi!"