Banjir Setinggi Lutut
Suatu hari turun hujan lebat, permukaan jalan tak bisa dilintasi karena airnya sangat dalam, semua kendaraan terpaksa berhenti di pinggir jalan. Ada seorang muda sedang membentangkan payung berdiri di tengah jalan dengan air setinggi lututnya, dengan tiada berdaya ia memandang orang lalu lalang di situ.
Sebuah mobil off road dengan cepatnya berjalan mendekat. Dengan sorotan mata meremehkan, si sopir menoleh ke kanan kiri melihat kendaraan yang sedang tak bergerak di situ, kemudian tanpa ba-bi-bu ia menggenjot pedal gasnya menerjang ke arah depan.
Dalam sekejap mata, mobil off road itu tenggelam dan tidak kelihatan lagi.
Pemilik mobil off road itu dengan susah payah keluar dari mobilnya, lalu menanya anak muda yang membentangkan payung tadi: "Bang, bukankah banjir ini baru saja mencapai lutut Abang?"
Anak muda yang sedang berpayung itu dengan tenang berkata: "Sebenarnya lebih dalam, karena saya sekarang sedang berdiri di atas atap mobil saya."
Sebuah mobil off road dengan cepatnya berjalan mendekat. Dengan sorotan mata meremehkan, si sopir menoleh ke kanan kiri melihat kendaraan yang sedang tak bergerak di situ, kemudian tanpa ba-bi-bu ia menggenjot pedal gasnya menerjang ke arah depan.
Dalam sekejap mata, mobil off road itu tenggelam dan tidak kelihatan lagi.
Pemilik mobil off road itu dengan susah payah keluar dari mobilnya, lalu menanya anak muda yang membentangkan payung tadi: "Bang, bukankah banjir ini baru saja mencapai lutut Abang?"
Anak muda yang sedang berpayung itu dengan tenang berkata: "Sebenarnya lebih dalam, karena saya sekarang sedang berdiri di atas atap mobil saya."