Mendukung yang Menang
Bapak adalah pecinta bola, tetapi ia tak bisa mentolerir dan menerima kenyataan bahwa kesebelasan yang didukungnya mengalami kegagalan. Sayang seribu sayang, prestasi permainan kesebelasan-kesebalasan yang ia dukung itu selalu tidak begitu baik.
Suatu Minggu sore, dari kamar Bapak terdengar suara makian Bapak di depan teve, aku dan Ibu yang berada di dapur coba menahan diri sebentar dengan diam-diam. Tiba-tiba suara cacian itu berhenti, Ibu mengira sakit jantung Bapak kumat, maka ia segera lari masuk ke ruang tamu, ternyata ia di situ sedang dengan asyiknya menonton sebuah film tentang Perang Dunia ke-2.
Waktu itu Bapak berkata: "Aku barusan telah mengganti saluran frekuensi, hanya acara di mana pihak yang kudukung pasti menang, barulah patut kutonton."
Suatu Minggu sore, dari kamar Bapak terdengar suara makian Bapak di depan teve, aku dan Ibu yang berada di dapur coba menahan diri sebentar dengan diam-diam. Tiba-tiba suara cacian itu berhenti, Ibu mengira sakit jantung Bapak kumat, maka ia segera lari masuk ke ruang tamu, ternyata ia di situ sedang dengan asyiknya menonton sebuah film tentang Perang Dunia ke-2.
Waktu itu Bapak berkata: "Aku barusan telah mengganti saluran frekuensi, hanya acara di mana pihak yang kudukung pasti menang, barulah patut kutonton."