Putus Asa Saat Memancing
Bapak Soecipto untuk pertama kali pergi memancing di tepi danau, ia menunggu di situ lama sekali dengan hati berdebar-debar, namun tak juga kelihatan ada ikan yang terkail.
Seorang pengail yang duduk di sebelahnya berkata: "Umpan yang kamu berikan tak benar, ikan-ikan di sini hanya menyukai umpan yang baunya harum."
Soecipto segera pergi membeli umpan itu di toko peralatan pancing yang letaknya tak seberapa jauh dari situ, tetapi akhirnya hasilnya tetap nihil, yaitu tiada seekor ikan pun yang makan umpan dan terpancing. Seorang kakek mengatakan kepadanya: "Mengail ikan harus menggunakan umpan hidup!"
Pak Soecipto pun segera pergi membeli cacing, namun sampai matahari turun pada senja hari masih juga tak kelihatan ada ikan yang tertangkap dengan kail. Maka itu Soecipto akhirnya dengan geram mengeluarkan uang sebesar Rp. 20 ribu dari sakunya, lalu langsung melemparkannya ke dalam kolam itu sambil berkata:
"Aku benar-benar sudah tak ada jalan lainnya lagi, kalian ingin makan apa, ya belilah sendiri menurut selera masing-masing!"
Seorang pengail yang duduk di sebelahnya berkata: "Umpan yang kamu berikan tak benar, ikan-ikan di sini hanya menyukai umpan yang baunya harum."
Soecipto segera pergi membeli umpan itu di toko peralatan pancing yang letaknya tak seberapa jauh dari situ, tetapi akhirnya hasilnya tetap nihil, yaitu tiada seekor ikan pun yang makan umpan dan terpancing. Seorang kakek mengatakan kepadanya: "Mengail ikan harus menggunakan umpan hidup!"
Pak Soecipto pun segera pergi membeli cacing, namun sampai matahari turun pada senja hari masih juga tak kelihatan ada ikan yang tertangkap dengan kail. Maka itu Soecipto akhirnya dengan geram mengeluarkan uang sebesar Rp. 20 ribu dari sakunya, lalu langsung melemparkannya ke dalam kolam itu sambil berkata:
"Aku benar-benar sudah tak ada jalan lainnya lagi, kalian ingin makan apa, ya belilah sendiri menurut selera masing-masing!"