Alasan Menjadi Biksu
Seorang lelaki muda, sesudah berjalan kaki dengan penuh jerih payah, di antaranya telah melintasi gunung-gemunung dan mengarungi banyak sungai, akhirnya tibalah ia di sebuah kuil Buddha kuno. Saat ia secara khusus mengunjungi seorang biksu besar yang telah berhasil dalam menuntut ilmunya di kuil itu, ia menanya dengan sikap yang rendah hati:
"Yang terhormat Bapak Biksu, di antara Ibuku dan istriku, mengapa selalu terjadi begitu banyak peperangan, sedang aku senantiasa terjepit di tengah-tengah mereka sehingga selalu menderita tak kunjung habis? Bagaimana caranya supaya urusan ini bisa berakhir dengan menyenangan semua pihak?"
Hanya terlihat Sang Biksu sedang menyusun jari sepuluh, lalu berkata dengan tenang sambil menundukkan kepalanya: "Amithaba, Amithaba, pada waktu dulu, diriku justru juga karena masalah ini, maka memutuskan naik gunung bertapa dan menjadi Biksu."
"Yang terhormat Bapak Biksu, di antara Ibuku dan istriku, mengapa selalu terjadi begitu banyak peperangan, sedang aku senantiasa terjepit di tengah-tengah mereka sehingga selalu menderita tak kunjung habis? Bagaimana caranya supaya urusan ini bisa berakhir dengan menyenangan semua pihak?"
Hanya terlihat Sang Biksu sedang menyusun jari sepuluh, lalu berkata dengan tenang sambil menundukkan kepalanya: "Amithaba, Amithaba, pada waktu dulu, diriku justru juga karena masalah ini, maka memutuskan naik gunung bertapa dan menjadi Biksu."