Tungku Api Peperangan
Pada suatu malam, Washington bersama dengan seorang tamu duduk di tepi tungku dinding sambil ngobrol. Api tungku dinding yang terletak di belakang punggung menyala marak sekali, Washington merasa terlalu panas, maka ia segera membaikkan badannya. lalu duduk dengan posisi muka menghadap ke tungku dinding.
Seorang tamu yang hadir berkata dengan nada senda gurau: "Pak Jenderal, Bapak seharusnya dengan berani menentang api peperangan barulah benar, tapi mengapa Bapak sekarang malah takut akan api peperangan?"
Washington menjawab dengan ketawa: "Ah, kamu sama sekali salah. Sebagai seorang jenderal, aku harus menghadapi api peperangan dan menerima tantangan. Jika aku menghadapkan punggungku ke arah api peperangan, bukankah aku akan menjadi pihak yang dikalahkan yang melarikan diri pada saat menjelang pertempuran?"
Seorang tamu yang hadir berkata dengan nada senda gurau: "Pak Jenderal, Bapak seharusnya dengan berani menentang api peperangan barulah benar, tapi mengapa Bapak sekarang malah takut akan api peperangan?"
Washington menjawab dengan ketawa: "Ah, kamu sama sekali salah. Sebagai seorang jenderal, aku harus menghadapi api peperangan dan menerima tantangan. Jika aku menghadapkan punggungku ke arah api peperangan, bukankah aku akan menjadi pihak yang dikalahkan yang melarikan diri pada saat menjelang pertempuran?"