Bunuh Diri Pelahan-lahan
Meita, teman karibku saat kuliah yang sudah setahun lebih tak pernah ketemu tiba-tiba datang ke rumahku untuk menjengukku. Melihat diriku merokok ia berkata: "Merokok berarti bunuh diri secara kronis, sebaiknya mulai sekarang kamu segera berhenti merokok."
Dengan tersenyum pahit aku berkata: "Bagiku berhenti merokok sudah tak mungkin lagi. Bunuh diri secara perlahan-lahan ya bunuh diri secara perlahan-lahan. Apa boleh buat."
Anak laki-lakiku yang saat itu kebetulan ada di samping mengerjakan PR melihat aku masih terus merokok tiba-tiba nyeletuk: "Bu, merokok terlalu perlahan."
"Ah, kamu anak-anak tahu apa, merokok bukan minum air, bagaimana bisa cepat?" kataku.
"Merokok berarti bunuh diri secara perlahan-lahan, juga memboroskan uang dengan percuma. Kalau memang mau bunuh diri lebih baik Ibu mencari cara lainnya yang matinya lebih cepat dong." Kata anakku itu.
Dengan tersenyum pahit aku berkata: "Bagiku berhenti merokok sudah tak mungkin lagi. Bunuh diri secara perlahan-lahan ya bunuh diri secara perlahan-lahan. Apa boleh buat."
Anak laki-lakiku yang saat itu kebetulan ada di samping mengerjakan PR melihat aku masih terus merokok tiba-tiba nyeletuk: "Bu, merokok terlalu perlahan."
"Ah, kamu anak-anak tahu apa, merokok bukan minum air, bagaimana bisa cepat?" kataku.
"Merokok berarti bunuh diri secara perlahan-lahan, juga memboroskan uang dengan percuma. Kalau memang mau bunuh diri lebih baik Ibu mencari cara lainnya yang matinya lebih cepat dong." Kata anakku itu.