Analogi Kisah Penjagal Babi
Sehabis bertengkar, suami istri tidak bicara satu sama lain. Sampai waktunya makan, suami terus berjalan mondar mandir di seluruh penjuru rumah dengan mulut tetap bungkam.
Sang istri pura-pura tak melihatnya. Ia menarik tangan anak laki-lakinya yang baru berumur 6 tahun kemari dan mulailah ia bercerita: "Dahulu kala ada orang menanya seorang tukang jagal babi, kamu tiap hari menyembelih babi, sedikit banyak tentu merasa tak sampai hati. Penjagal itu berkata: 'Ya, aku memang punya perasaan semacam ini, maka itu setiap kali sebelum turun tangan, aku selalu menanya babi itu, kamu apakah seekor babi? Jika kepalanya mengangguk, maka aku segera menggoroknya karena aku merasa memang sudah seharusnya. Jika babi itu menggoleng-golengkan kepalanya, berarti ia sedang membohongi diriku, maka itu aku lebih beralasan untuk menyembelihnya.'"
Setelah berpikir sejenak, anak laki-laki itu berkata: "Jika babi itu tak menganggukkan kepala dan juga tak menggeleng-gelengkan kepalanya, bagaimana?"
"Kalau begitu urusannya tentu lebih mudah lagi, ia tak mempedulikan diriku, maka aku juga takkan menggubris hidup matinya." Jawab Ibu dengan suara keras.
Sang istri pura-pura tak melihatnya. Ia menarik tangan anak laki-lakinya yang baru berumur 6 tahun kemari dan mulailah ia bercerita: "Dahulu kala ada orang menanya seorang tukang jagal babi, kamu tiap hari menyembelih babi, sedikit banyak tentu merasa tak sampai hati. Penjagal itu berkata: 'Ya, aku memang punya perasaan semacam ini, maka itu setiap kali sebelum turun tangan, aku selalu menanya babi itu, kamu apakah seekor babi? Jika kepalanya mengangguk, maka aku segera menggoroknya karena aku merasa memang sudah seharusnya. Jika babi itu menggoleng-golengkan kepalanya, berarti ia sedang membohongi diriku, maka itu aku lebih beralasan untuk menyembelihnya.'"
Setelah berpikir sejenak, anak laki-laki itu berkata: "Jika babi itu tak menganggukkan kepala dan juga tak menggeleng-gelengkan kepalanya, bagaimana?"
"Kalau begitu urusannya tentu lebih mudah lagi, ia tak mempedulikan diriku, maka aku juga takkan menggubris hidup matinya." Jawab Ibu dengan suara keras.