Pesuruh Kantor yang Terkenal
Setting cerita ini dibuat seolah-olah terjadi pada sekitar tahun 2001.
Mamat, pesuruh di kantor kami dikenal suka omong gede, ngakunya kenal sama semua orang beken di negeri ini. Tingkahnya itu kadang-kadang ngeselin. Suatu waktu, boss-nya penasaran dan ingin membuktikan bualannya.
"Oke boss" kata si Mamat, "sebutin aja deh nama orangnya yang ane kagak kenal."
"Coba buktiin you kenal nggak sama si Meriem Bellina."
"Beres boss. Ayo kita ke pengadilan. Maklum si Meriem kan lagi ngegugat-cerai lakinya."
Di pengadilan, menunggu sebentar, nggak lama kemudian muncul Meriem diiringi pengacaranya.
Begitu lewat di depan si Mamat, langsung si Meriem negor:
"Eh, Mat ke mana aja udah lama nggak keliatan?", diiringi cium pipi kiri dan kanan ala selebritis. "Ntar kalo urusan udah selesai main ya ke rumah."
Sejenak si boss terpana, tapi tak lama kemudian dia ngomong: "Ah, saya masih belum yakin. Ini mungkin kebetulan aja. Ayo sekarang tunjukin kalo you kenal sama si Liem Sioe Liong."
"Beres boss."
Esoknya mereka menunggu di lobby gedung BCA yang diagunin ke BPPN itu. Tak lama kemudian muncullah si taipan diiringi bodyguard-nya.
Melihat si Mamat, eh si taipan nyamperin:
"Haiyya, Mat. Tumben elu baru nongol. Owe udah lama nyariin elu. Ke mana ajah? Yuk keatas dulu, kita ngopi sebentar."
"Wah, Koh, ane lagi banyak urusan nih. Kamsia deh. Kapan-kapan ane pasti mampir lagi."
Si taipan nyautin: "Iya dah. Jangan lupa ya.", sambil tangannya menyisipkan sesuatu ke kantong si Mamat.
Beberapa saat si boss melongo menyaksikan semua adegan pembicaraan. Tapi si boss masih penasaran, katanya:
"Oke deh, saya udah hampir percaya semua yang saya saksikan. Tapi ini test yang terakhir. Coba buktiin kalo you kenal sama Gus Dur."
"Yakh boss, terang ane kenal, kan saben hari nongol di TV."
"Bukan itu maksudku, tapi kenalnya kenal beneran", sergah si boss.
"Beres deh boss, kan hari Minggu ada Gus Dur di Senayan. Ntar kita ke sana."
Hari Minggu sungguh luar biasa, ribuan massa sudah luber di Senayan.
"Wah, boss kalo gini caranya susah juga ya. Gimana caranya dia tau ane ada di sini. Tapi... gini aja deh, boss. Boss tunggu aja di sini. Boss liat aja nanti ane keluar di podium barengan ame Gus Dur. Ane kenal kok sama Banser-Banser yang tugas di podium."
Ditunggu-tunggu, setengah jam kemudian tepuk tangan bergemuruh nyambut Gus Dur keluar dari podium, dan... keluar dengan digandeng si Mamat di sebelahnya. Di sebelah satunya jelas si Yenny, putrinya. Tak lama kemudian si Mamat balik mau nemuin boss-nya.
Kaget dia nemuin bossnya pingsan dikelilingi Petugas P3K, jangan-jangan serangan jantung. Setelah ditunggu beberapa lama kemudian, pelan-pelan dia ngomong ke si bossnya:
"Boss, boss kenapa ente?"
Nggak lama si boss buka matanya, setengah berbisik, "Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa."
"Abis kenapa bisa kejadian begini?" tanya si Mamat.
"Tadi waktu you keluar bareng Gus Dur di podium, orang di sebelah saya ngomong: "EH, SIAPA TUH YANG DIGANDENG SI MAMAT??"
Mamat, pesuruh di kantor kami dikenal suka omong gede, ngakunya kenal sama semua orang beken di negeri ini. Tingkahnya itu kadang-kadang ngeselin. Suatu waktu, boss-nya penasaran dan ingin membuktikan bualannya.
"Oke boss" kata si Mamat, "sebutin aja deh nama orangnya yang ane kagak kenal."
"Coba buktiin you kenal nggak sama si Meriem Bellina."
"Beres boss. Ayo kita ke pengadilan. Maklum si Meriem kan lagi ngegugat-cerai lakinya."
Di pengadilan, menunggu sebentar, nggak lama kemudian muncul Meriem diiringi pengacaranya.
Begitu lewat di depan si Mamat, langsung si Meriem negor:
"Eh, Mat ke mana aja udah lama nggak keliatan?", diiringi cium pipi kiri dan kanan ala selebritis. "Ntar kalo urusan udah selesai main ya ke rumah."
Sejenak si boss terpana, tapi tak lama kemudian dia ngomong: "Ah, saya masih belum yakin. Ini mungkin kebetulan aja. Ayo sekarang tunjukin kalo you kenal sama si Liem Sioe Liong."
"Beres boss."
Esoknya mereka menunggu di lobby gedung BCA yang diagunin ke BPPN itu. Tak lama kemudian muncullah si taipan diiringi bodyguard-nya.
Melihat si Mamat, eh si taipan nyamperin:
"Haiyya, Mat. Tumben elu baru nongol. Owe udah lama nyariin elu. Ke mana ajah? Yuk keatas dulu, kita ngopi sebentar."
"Wah, Koh, ane lagi banyak urusan nih. Kamsia deh. Kapan-kapan ane pasti mampir lagi."
Si taipan nyautin: "Iya dah. Jangan lupa ya.", sambil tangannya menyisipkan sesuatu ke kantong si Mamat.
Beberapa saat si boss melongo menyaksikan semua adegan pembicaraan. Tapi si boss masih penasaran, katanya:
"Oke deh, saya udah hampir percaya semua yang saya saksikan. Tapi ini test yang terakhir. Coba buktiin kalo you kenal sama Gus Dur."
"Yakh boss, terang ane kenal, kan saben hari nongol di TV."
"Bukan itu maksudku, tapi kenalnya kenal beneran", sergah si boss.
"Beres deh boss, kan hari Minggu ada Gus Dur di Senayan. Ntar kita ke sana."
Hari Minggu sungguh luar biasa, ribuan massa sudah luber di Senayan.
"Wah, boss kalo gini caranya susah juga ya. Gimana caranya dia tau ane ada di sini. Tapi... gini aja deh, boss. Boss tunggu aja di sini. Boss liat aja nanti ane keluar di podium barengan ame Gus Dur. Ane kenal kok sama Banser-Banser yang tugas di podium."
Ditunggu-tunggu, setengah jam kemudian tepuk tangan bergemuruh nyambut Gus Dur keluar dari podium, dan... keluar dengan digandeng si Mamat di sebelahnya. Di sebelah satunya jelas si Yenny, putrinya. Tak lama kemudian si Mamat balik mau nemuin boss-nya.
Kaget dia nemuin bossnya pingsan dikelilingi Petugas P3K, jangan-jangan serangan jantung. Setelah ditunggu beberapa lama kemudian, pelan-pelan dia ngomong ke si bossnya:
"Boss, boss kenapa ente?"
Nggak lama si boss buka matanya, setengah berbisik, "Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa."
"Abis kenapa bisa kejadian begini?" tanya si Mamat.
"Tadi waktu you keluar bareng Gus Dur di podium, orang di sebelah saya ngomong: "EH, SIAPA TUH YANG DIGANDENG SI MAMAT??"