Tingkat Kelahiran Bayi di Indonesia Sebelum Keluarga Berencana
Seorang profesor ahli demografi sedang memberi kuliah perdana di depan para mahasiswa. dalam salah satu sesi tanya-jawab:
Profesor : "Dahulu sebelum ada program KB jumlah penduduk di Indonesia sulit dikendalikan, tingkat kelahiran bayi sangat tinggi, yakni hampir setiap jam terdapat 500 bayi lahir. Asmat coba kamu terangkan mengapa hal itu terjadi?"
Asmat : "Karena faktor ekonomi prof... artinya setiap keluarga memiliki falsafah banyak anak banyak rejeki."
Profesor : "Kalau menurut pendapatmu, bagaimana Asmit?"
Asmit : "Karena tidak meratanya pembangunan, di mana banyak desa desa yang belum dimasuki aliran listrik, sehingga kurang mendapat hiburan dari Televisi."
Profesor : "Lalu... apa hubungannya antara Televisi dengan tingginya tingkat kelahiran bayi?"
Dengan menggebu gebu Asmit memberikan analisisnya:
"Begini prof .... bagi orang desa tidak ada listrik tidak ada televisi, tidak ada televisi tidak ada hiburan, tidak ada hiburan maka banyak anak. Karena menjelang malam, pada umumnya mereka sudah berangkat ke tempat tidur, dan satu satunya hiburan bagi mereka adalah permainan suami-istri di tempat tidur, karena belum ada kondom akibatnya banyak ibu ibu yang hamilnya hampir bersamaan, layaknya suatu kompetisi, begitu kan, Prof?"
Suasana di ruangan mulai gaduh, lalu sang profesor membeberkan alasannya:
"Menurut penelitian saya yang sudah bertahun tahun ini, tingginya tingkat kelahiran bayi hanya disebabkan oleh hal yang sangat sepele dan sikap yang sederhana dari pasangan suami-istri"
Mahasiswa : "Apaan itu ... Prof??"
Profesor : "Yaaah... penyebabnya adalah kangkung!"
Mahasiswa (tak percaya) : "Aaahh... yang bener aja, Prof? Masa karena kangkung saja, terus banyak bayi yang lahir?"
Profesor : "Nampaknya kalian ini tidak mempercayai hasil penelitian saya. Begini lho ... Kangkung itu kepanjangan dari mekangkang dan mekungkung, artinya yang dibawah harus mekangkang dan yang di atas harus mekungkung, kalau tidak begitu maka tak jadilah."
(demikianlah ujar sang profesor sembari meninggalkan ruangan dalam keadaan gaduh-waduh. Maka sejak saat itu sang profesor dijuluki "Profesor Kangkung").
Profesor : "Dahulu sebelum ada program KB jumlah penduduk di Indonesia sulit dikendalikan, tingkat kelahiran bayi sangat tinggi, yakni hampir setiap jam terdapat 500 bayi lahir. Asmat coba kamu terangkan mengapa hal itu terjadi?"
Asmat : "Karena faktor ekonomi prof... artinya setiap keluarga memiliki falsafah banyak anak banyak rejeki."
Profesor : "Kalau menurut pendapatmu, bagaimana Asmit?"
Asmit : "Karena tidak meratanya pembangunan, di mana banyak desa desa yang belum dimasuki aliran listrik, sehingga kurang mendapat hiburan dari Televisi."
Profesor : "Lalu... apa hubungannya antara Televisi dengan tingginya tingkat kelahiran bayi?"
Dengan menggebu gebu Asmit memberikan analisisnya:
"Begini prof .... bagi orang desa tidak ada listrik tidak ada televisi, tidak ada televisi tidak ada hiburan, tidak ada hiburan maka banyak anak. Karena menjelang malam, pada umumnya mereka sudah berangkat ke tempat tidur, dan satu satunya hiburan bagi mereka adalah permainan suami-istri di tempat tidur, karena belum ada kondom akibatnya banyak ibu ibu yang hamilnya hampir bersamaan, layaknya suatu kompetisi, begitu kan, Prof?"
Suasana di ruangan mulai gaduh, lalu sang profesor membeberkan alasannya:
"Menurut penelitian saya yang sudah bertahun tahun ini, tingginya tingkat kelahiran bayi hanya disebabkan oleh hal yang sangat sepele dan sikap yang sederhana dari pasangan suami-istri"
Mahasiswa : "Apaan itu ... Prof??"
Profesor : "Yaaah... penyebabnya adalah kangkung!"
Mahasiswa (tak percaya) : "Aaahh... yang bener aja, Prof? Masa karena kangkung saja, terus banyak bayi yang lahir?"
Profesor : "Nampaknya kalian ini tidak mempercayai hasil penelitian saya. Begini lho ... Kangkung itu kepanjangan dari mekangkang dan mekungkung, artinya yang dibawah harus mekangkang dan yang di atas harus mekungkung, kalau tidak begitu maka tak jadilah."
(demikianlah ujar sang profesor sembari meninggalkan ruangan dalam keadaan gaduh-waduh. Maka sejak saat itu sang profesor dijuluki "Profesor Kangkung").