Betul-betul Mengenal Keadaan Dirimu
A: "Sesudah kawin aku benar-benar merasa sial."
B: "Lho, ada apa? Apa yang telah terjadi?"
A: "Di depan isteriku, bila aku bermuka merengut, ia mengatakan bahwa diriku berdarah dingin dan tidak berperasaan; bila aku menyambutnya dengan muka tersenyum, ia mengatakan 'di balik senyumku tersembunyi sebilah pisau belati' alias aku ini hanya 'bermanis-manis di muka tapi hatinya jahat'; bila aku dengan sengaja memperhatikan dan memperlakukan dirinya secara istimewa, ia mengatakan aku ini orangnya pandai menjilat; karena hatiku tersinggung dan marah, maka pekerjaan rumah tangga apa pun tak kulakukan, ia mengatakan aku berlagak seperti tuan besar, coba kamu dengar..."
B: "Isterimu betul-betul seorang yang zenial! Luar biasa hebatnya!"
A: "Kamu bilang apakah omongannya itu hanya sekadar ngaco, dalam arti hanya dikatakan dengan sembarangan?"
B: "Bukan, dia terlalu mengenal dirimu, dan dia betul-betul mengerti bahwa kamu ini bagaimana orangnya, hehehe..."
B: "Lho, ada apa? Apa yang telah terjadi?"
A: "Di depan isteriku, bila aku bermuka merengut, ia mengatakan bahwa diriku berdarah dingin dan tidak berperasaan; bila aku menyambutnya dengan muka tersenyum, ia mengatakan 'di balik senyumku tersembunyi sebilah pisau belati' alias aku ini hanya 'bermanis-manis di muka tapi hatinya jahat'; bila aku dengan sengaja memperhatikan dan memperlakukan dirinya secara istimewa, ia mengatakan aku ini orangnya pandai menjilat; karena hatiku tersinggung dan marah, maka pekerjaan rumah tangga apa pun tak kulakukan, ia mengatakan aku berlagak seperti tuan besar, coba kamu dengar..."
B: "Isterimu betul-betul seorang yang zenial! Luar biasa hebatnya!"
A: "Kamu bilang apakah omongannya itu hanya sekadar ngaco, dalam arti hanya dikatakan dengan sembarangan?"
B: "Bukan, dia terlalu mengenal dirimu, dan dia betul-betul mengerti bahwa kamu ini bagaimana orangnya, hehehe..."