Kisah Piyama Tua
Ibu sering mengeluh di depanku, katanya Bapakku selalu tak mau mengganti piyamanya yang sudah lama dan usang itu.
Pada suatu hari, di bazar amal barang-barang lama yang diselenggarakan oleh pihak gereja, aku melihat sebuah piyama model lelaki berwarna merah tua yang telah berkerut-kerut di atas meja, ia tak hanya enak dipandang mata, harganya pun juga murah, maka aku segera membelinya untuk kuberikan kepada Bapakku.
Sepulangnya ke rumah aku mencucinya bersih-bersih, kemudian ia kusetrika seperti barang yang baru. Saat Bapakku membuka kado pemberianku ini, ekspresi mukanya nampak sedikit canggung, maka aku menanyakan sebab-sebabnya, ia kemudian berkata:
"Ini adalah piyamaku yang lama, piyama ini baru saja kuberikan ke bazar amal gereja. Tak kuduga akhirnya ia ketemu lagi di sini dan kembali lagi ke tanganku, hehehe..."
Pada suatu hari, di bazar amal barang-barang lama yang diselenggarakan oleh pihak gereja, aku melihat sebuah piyama model lelaki berwarna merah tua yang telah berkerut-kerut di atas meja, ia tak hanya enak dipandang mata, harganya pun juga murah, maka aku segera membelinya untuk kuberikan kepada Bapakku.
Sepulangnya ke rumah aku mencucinya bersih-bersih, kemudian ia kusetrika seperti barang yang baru. Saat Bapakku membuka kado pemberianku ini, ekspresi mukanya nampak sedikit canggung, maka aku menanyakan sebab-sebabnya, ia kemudian berkata:
"Ini adalah piyamaku yang lama, piyama ini baru saja kuberikan ke bazar amal gereja. Tak kuduga akhirnya ia ketemu lagi di sini dan kembali lagi ke tanganku, hehehe..."