Naik Bus Setelah Putus Cinta
Hubunganku dengan cewekku yang telah terjalin lebih dari 4 tahun akhirnya putus. Dengan pening dan hati yang galau aku naik bus umum bertingkat, di sebelahku walau duduk seorang wanita cantik juga sama sekali tak menarik perhatianku.
Kondektur bus berjalan kemari menjual tiket, di otakku terlintas pikiran ini bus berpendingin, maka itu aku tanpa ba-bi-bu segera menyodorkan uang Rp. 3000.-, si kondektur melirik kami berdua sekilas, kemudian merobek dan memberi 2 lembar tiket kepadaku.
Aku tertegun sejenak, merasa malas dan capek, lalu terus menyandarkan kepala di jendela bus mengenang kembali seluruh proses percintaanku selama 4 tahun itu, dan tanpa kusadari air mata jatuh berlelehan di kedua pipiku.
Melihat keadaan ini, wanita cantik yang duduk di sampingku itu tiba-tiba nyeletuk: "Perlukah sampai menangis karena hanya tiket seharga Rp. 1500.- saja?"
Kondektur bus berjalan kemari menjual tiket, di otakku terlintas pikiran ini bus berpendingin, maka itu aku tanpa ba-bi-bu segera menyodorkan uang Rp. 3000.-, si kondektur melirik kami berdua sekilas, kemudian merobek dan memberi 2 lembar tiket kepadaku.
Aku tertegun sejenak, merasa malas dan capek, lalu terus menyandarkan kepala di jendela bus mengenang kembali seluruh proses percintaanku selama 4 tahun itu, dan tanpa kusadari air mata jatuh berlelehan di kedua pipiku.
Melihat keadaan ini, wanita cantik yang duduk di sampingku itu tiba-tiba nyeletuk: "Perlukah sampai menangis karena hanya tiket seharga Rp. 1500.- saja?"