Menghitung Sampai Tiga
Seorang pedagang dan seorang tamtama sama-sama telah menyewa sebuah rumah di pinggiran kota. Pada suatu hari mereka berdua buru-buru hendak buang air besar, tetapi toiletnya hanya sebuah.
Tamtama berkata: "Tidak apa-apa, aku adalah seorang tentara, sudah seharusnya aku mengalah dan bersikap toleran terhadap dirimu. Kamu boleh menggunakan toilet lebih dulu, tetapi kita juga harus menegakkan suatu peraturan, yaitu siapa menghitung hingga tiga, sekalipun mungkin buang air besarnya belum tuntas, ia harus lebih dulu keluar dari toilet, oke?"
"Oke!"
Tak lama kemudian dari dalam toilet terdengar teriakan "satu, dua, tiga." Pedagang itu mau tak mau harus segera keluar dari toilet untuk menepati janjinya. Begitu pintu toilet terkuak, ia berkata kepada sang tamtama: "Cepatan donk. Entar giliranku lagi, oke?"
Sesudah masuk ke toilet, terdengar tamtama itu sedang berteriak: "Tu, wa, tu, tu, wa, tu, ..."
Tamtama berkata: "Tidak apa-apa, aku adalah seorang tentara, sudah seharusnya aku mengalah dan bersikap toleran terhadap dirimu. Kamu boleh menggunakan toilet lebih dulu, tetapi kita juga harus menegakkan suatu peraturan, yaitu siapa menghitung hingga tiga, sekalipun mungkin buang air besarnya belum tuntas, ia harus lebih dulu keluar dari toilet, oke?"
"Oke!"
Tak lama kemudian dari dalam toilet terdengar teriakan "satu, dua, tiga." Pedagang itu mau tak mau harus segera keluar dari toilet untuk menepati janjinya. Begitu pintu toilet terkuak, ia berkata kepada sang tamtama: "Cepatan donk. Entar giliranku lagi, oke?"
Sesudah masuk ke toilet, terdengar tamtama itu sedang berteriak: "Tu, wa, tu, tu, wa, tu, ..."