Menjelaskan Arti Mukjizat
Dalam satu jam pelajaran bahasa di SD, seorang guru bahasa menjelaskan makna kata "mukjizat" kepada para muridnya. Ia lebih dulu memberi sebuah contoh, mengharapkan dalam jawaban murid-muridnya nanti, mereka bisa membuat sebuah kalimat dengan menggunakan kata "mukjizat" itu.
"Seorang telah melompat dari lantai 8, tetapi ia sedikitpun tak mengalami cedera." kata Pak guru.
"Wah, orang itu sedang bernasib beruntung, Pak." jawab seorang muridnya.
Guru itu merasa kecewa, maka itu ia mengulanginya lagi: "Seorang telah melompat dari lantai 8, tetapi ia sedikitpun tak mengalami cedera."
"Ah, ini kebetulan saja donk." jawab seorang murid lainnya.
Guru itu diam bercampur sedikit marah, akhirnya mau tak mau sekali lagi coba memberi inspirasi kepada para muridnya: "Orang itu sekali lagi naik ke lantai 8, dan sekali lagi ia melompat..."
Belum menunggu guru itu berkata lebih lanjut, tiba-tiba ada seorang murid nyeletuk: "Nah, sekarang sudah jelas sekali, berarti itu kebiasaan!"
"Seorang telah melompat dari lantai 8, tetapi ia sedikitpun tak mengalami cedera." kata Pak guru.
"Wah, orang itu sedang bernasib beruntung, Pak." jawab seorang muridnya.
Guru itu merasa kecewa, maka itu ia mengulanginya lagi: "Seorang telah melompat dari lantai 8, tetapi ia sedikitpun tak mengalami cedera."
"Ah, ini kebetulan saja donk." jawab seorang murid lainnya.
Guru itu diam bercampur sedikit marah, akhirnya mau tak mau sekali lagi coba memberi inspirasi kepada para muridnya: "Orang itu sekali lagi naik ke lantai 8, dan sekali lagi ia melompat..."
Belum menunggu guru itu berkata lebih lanjut, tiba-tiba ada seorang murid nyeletuk: "Nah, sekarang sudah jelas sekali, berarti itu kebiasaan!"