Berciuman di Rumah Sakit
Pada suatu Hari Valentine, suamiku menyangsikan jantungnya tak begitu enak, maka ia segera minta diriku mendampinginya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan darurat. Dokter dan juru rawat memasang alat pendeteksi jantung ke tubuhnya, kemudian kami menarik gorden yang ada di samping, maksudnya supaya kami memiliki sedikit ruang gerak yang bersifat privasi.
Aku di sini berbicara secara guyonan, saat-saat demikian justru merupakan kesempatan yang baik untuk melepaskan diri dari gangguan kedua anak kami, maka itu aku segera coba mencondongkan badanku ke depan dan mencium bibir suamiku sebentar dengan mesranya.
Tiba-tiba bel berdering nyaring, gorden tersibak, sekolompok dokter dan juru rawat pada berlari kemari dan mencecar pertanyaan "Barusan telah terjadi apa?"
Aku dengan terus terang mengatakan bahwa kami hanya saling berciuman. Akhirnya kami dicela dengan keras: "Ingat, selanjutnya jangan berbuat yang tidak-tidak lagi!"
Aku di sini berbicara secara guyonan, saat-saat demikian justru merupakan kesempatan yang baik untuk melepaskan diri dari gangguan kedua anak kami, maka itu aku segera coba mencondongkan badanku ke depan dan mencium bibir suamiku sebentar dengan mesranya.
Tiba-tiba bel berdering nyaring, gorden tersibak, sekolompok dokter dan juru rawat pada berlari kemari dan mencecar pertanyaan "Barusan telah terjadi apa?"
Aku dengan terus terang mengatakan bahwa kami hanya saling berciuman. Akhirnya kami dicela dengan keras: "Ingat, selanjutnya jangan berbuat yang tidak-tidak lagi!"