Tak Memperkenankan Bapak Bantu Melepaskan Bungkusan Cokelat
Pada akhir pekan yang lalu, kami sekeluarga bertiga pergi tur ke peluaran kota dengan membawa sebuah kamera. Pada waktu istirahat sebentar, anakku meraba sebatang cokelat sambil merangkul pundakku dengan manjanya: "Bantu lepaskan bungkusan cokelat ini, bu!"
Waktu itu aku sedang sibuk mencari objek foto, maka itu aku berkata sambil menggoyang-goyangkan tanganku: "Cari Bapakmu, masa nggak tahu ibu sekarang lagi sibuk ni."
Sejenak kemudian, aku melihat anakku masih tetap berada di sampingku, dan dengan tak sabar ia merobek sendiri bungkusan cokelat di tangannya. Maka itu aku tak dapat tidak mencelahnya: "Barusan kan sudah ibu katakan, carilah Bapakmu dan minta dia bantu melepaskan bungkusannya."
Anakku nampaknya masih juga tetap ragu-ragu sambil menggerutu: "Tempo hari Bapak pernah bantu melepaskan bungkusannya, tapi akhirnya sesudah cokelatku dicaplok sepotong besar, barulah ia berikan kepada diriku."
Waktu itu aku sedang sibuk mencari objek foto, maka itu aku berkata sambil menggoyang-goyangkan tanganku: "Cari Bapakmu, masa nggak tahu ibu sekarang lagi sibuk ni."
Sejenak kemudian, aku melihat anakku masih tetap berada di sampingku, dan dengan tak sabar ia merobek sendiri bungkusan cokelat di tangannya. Maka itu aku tak dapat tidak mencelahnya: "Barusan kan sudah ibu katakan, carilah Bapakmu dan minta dia bantu melepaskan bungkusannya."
Anakku nampaknya masih juga tetap ragu-ragu sambil menggerutu: "Tempo hari Bapak pernah bantu melepaskan bungkusannya, tapi akhirnya sesudah cokelatku dicaplok sepotong besar, barulah ia berikan kepada diriku."