Obama Takut Disunat
Bulan Agustus kemarin, aku dapat rizki besar. Rp 30 juta masuk kantong, komisi hasil makelarin tanah pak Haji Uding di Empang Tiga, Pasar Minggu. Karena itu duit cipratan, aku pun berpikir gampang untuk menghabiskannya. Ah, daripada puyeng mikir suksesi 2009 mending jalan-jalan ke Amrik.
Pilihanku pingin lihat kota Washington DC. Mengapa Washington? Karena kota ini adalah pusat pemerintahan negeri super kuat. Disamping itu, kali-kali aja ketemu Obama yang lagi getol unjuk diri.
Rencana perjalananku sudah mantap, besok paginya aku ke USA Embassy di Jalan Merdeka Selatan. Alhamdullilah, setelah diinterview jam 3 sore visa turisku keluar. Besoknya lagi, pesan tiket dan 5 hari kemudian aku take off dengan Singapore Airlines dari Bandara Soekarno-Hatta, straight ke Washington.
Dari kota tua inilah, miracle itu datang. Tanpa sengaja aku ketemu adik tiri Barrack Hussein Obama, Maya Soetoro di sebuah cafe bernuansa Hispanik. Sosok Maya kini mulai famous, karena sering muncul di media massa. Singkat cerita aku pun memperkenalkan diri dari Indonesia, "Hi Maya, I am Agus Bopak from Indonesia."
"Hey, glad to meet u gus," seru Maya. Hebat, suasana pun langsung jadi akrab. Dari wajah memang aku sudah bisa tebak, karakter Maya gampang akrab dengan siapa saja. Kami pun bertukar pikiran sedikit tentang situasi politik di Indonesia dan peluang Obama menggapai kursi presiden Amerika. Baru sekitar setengah jam ngobrol, tiba-tiba ada suara berat dari belakang menyapa,"Maya, sorry...too late!"
Karena terkejut, aku pun menoleh ke belakang. Wow, ini kan Obama (aku ngomong sendiri). Singkat cerita lagi, kami bertiga aku, Obama dan Maya, makin akrab.
Pada satu momen tertentu aku bertanya pada Obama, "Barry (panggilan akrab keluarganya untuk Obama), kehebatan retorika anda selain bakat, apakah anda pernah dilatih khusus pidato?"
"Ha...ha...whuahahahah...whuahaahah...whuahahaha (busyet deh, mulut Obama yang besar itu menganga lebar. Dagunya memanjang, matanya memerah, menyipit dan berair. Perutnya yang rata pun bergetar dan bergoyang kencang)," Dia tertawa terbahak-bahak, gelinya minta ampun. Sampai-sampai capres Amerika yang lahir 4 Agustus 1961 itu, ke toilet mencuci muka, karena ilernya kemana-mana.
Dari toilet, dia menghampiri aku dan berkata setengah suara, seperti berbisik sambil menepuk kuat bahu aku. "Hey Bung! Aku banyak belajar retorika dari SBY. Dia itu mahir memainkan kata-kata. Dia itu orator hebat! Pokoknya Gus (Obama sok akrab sama aku), pemimpin di negeri kamu rata-rata jago pidato."
Aku pun sok akrab,"Oba, if u want...kamu bisa nyapres di Jakarta!"
"Ogah ah! (Syet dah, dia bisa bilang 'ogah') Aku mesti sunat dulu dong..."
Pilihanku pingin lihat kota Washington DC. Mengapa Washington? Karena kota ini adalah pusat pemerintahan negeri super kuat. Disamping itu, kali-kali aja ketemu Obama yang lagi getol unjuk diri.
Rencana perjalananku sudah mantap, besok paginya aku ke USA Embassy di Jalan Merdeka Selatan. Alhamdullilah, setelah diinterview jam 3 sore visa turisku keluar. Besoknya lagi, pesan tiket dan 5 hari kemudian aku take off dengan Singapore Airlines dari Bandara Soekarno-Hatta, straight ke Washington.
Dari kota tua inilah, miracle itu datang. Tanpa sengaja aku ketemu adik tiri Barrack Hussein Obama, Maya Soetoro di sebuah cafe bernuansa Hispanik. Sosok Maya kini mulai famous, karena sering muncul di media massa. Singkat cerita aku pun memperkenalkan diri dari Indonesia, "Hi Maya, I am Agus Bopak from Indonesia."
"Hey, glad to meet u gus," seru Maya. Hebat, suasana pun langsung jadi akrab. Dari wajah memang aku sudah bisa tebak, karakter Maya gampang akrab dengan siapa saja. Kami pun bertukar pikiran sedikit tentang situasi politik di Indonesia dan peluang Obama menggapai kursi presiden Amerika. Baru sekitar setengah jam ngobrol, tiba-tiba ada suara berat dari belakang menyapa,"Maya, sorry...too late!"
Karena terkejut, aku pun menoleh ke belakang. Wow, ini kan Obama (aku ngomong sendiri). Singkat cerita lagi, kami bertiga aku, Obama dan Maya, makin akrab.
Pada satu momen tertentu aku bertanya pada Obama, "Barry (panggilan akrab keluarganya untuk Obama), kehebatan retorika anda selain bakat, apakah anda pernah dilatih khusus pidato?"
"Ha...ha...whuahahahah...whuahaahah...whuahahaha (busyet deh, mulut Obama yang besar itu menganga lebar. Dagunya memanjang, matanya memerah, menyipit dan berair. Perutnya yang rata pun bergetar dan bergoyang kencang)," Dia tertawa terbahak-bahak, gelinya minta ampun. Sampai-sampai capres Amerika yang lahir 4 Agustus 1961 itu, ke toilet mencuci muka, karena ilernya kemana-mana.
Dari toilet, dia menghampiri aku dan berkata setengah suara, seperti berbisik sambil menepuk kuat bahu aku. "Hey Bung! Aku banyak belajar retorika dari SBY. Dia itu mahir memainkan kata-kata. Dia itu orator hebat! Pokoknya Gus (Obama sok akrab sama aku), pemimpin di negeri kamu rata-rata jago pidato."
Aku pun sok akrab,"Oba, if u want...kamu bisa nyapres di Jakarta!"
"Ogah ah! (Syet dah, dia bisa bilang 'ogah') Aku mesti sunat dulu dong..."