Pangeran Muji
Pangeran Muji dari negeri Antar Berantah, bertubuh pendek, tak pelak lagi pendek pula bagian-bagian tubuhnya tanpa kecuali.
Meski begitu, pangeran Muji terkenal sebagai pengagum keindahan wanita. Bulbul, asistennya yang setia sama saja dengan bosnya soal sifat maupun selera.
"Bulbul, ane sangat tergila-gila sama Zulfa penari perut nan rupawan itu, ane ingin dia untuk koleksi mainanku," kata pangeran Muji pada satu hari. "Tolong sampaikan surat ini pada Zulfa dan mintalah balasan darinya."
Maka berangkatlah Bulbul menemui Zulfa untuk menyampaikan pesan bosnya, kemudian kembali ke istana setelah memperoleh sepucuk surat balasan.
"Saya bersedia memenuhi keinginan embah, eh tuanku, atas diri saya yang hina ini," demikian bunyi surat Zulfa, "asalkan tuanku memenuhi permintaan saya, yaitu tuanku memberi saya uang sebanyak 10.000 dinar untuk menjamin pendidikan adik-adik saya sampai selesai, tuanku juga memberi saya dua genggam intan permata untuk modal usaha orangtua saya, dan terakhir tuanku harus memberi 'lembing' sepanjang delapan ruas jari untuk saya sendiri."
Tanpa banyak pernik, Bulbul pun kembali ke rumah Zulfa dengan membawa kantung sutera.
"Ini pesananmu nduk," Bulbul membuka kata, "uang 10.000 dinar untuk jaminan pendidikan adik-adikmu, kotak berukir ini berisi dua genggam intan permata untuk orangtuamu, dan lembing yang dua ruas jari sudah menunggu di istana."
"Tapi saya minta delapan ruas jari," protes Zulfa.
"Jangan kuatir nduk, yang enam ruas jari ada ane bawa sekarang..!!"
Meski begitu, pangeran Muji terkenal sebagai pengagum keindahan wanita. Bulbul, asistennya yang setia sama saja dengan bosnya soal sifat maupun selera.
"Bulbul, ane sangat tergila-gila sama Zulfa penari perut nan rupawan itu, ane ingin dia untuk koleksi mainanku," kata pangeran Muji pada satu hari. "Tolong sampaikan surat ini pada Zulfa dan mintalah balasan darinya."
Maka berangkatlah Bulbul menemui Zulfa untuk menyampaikan pesan bosnya, kemudian kembali ke istana setelah memperoleh sepucuk surat balasan.
"Saya bersedia memenuhi keinginan embah, eh tuanku, atas diri saya yang hina ini," demikian bunyi surat Zulfa, "asalkan tuanku memenuhi permintaan saya, yaitu tuanku memberi saya uang sebanyak 10.000 dinar untuk menjamin pendidikan adik-adik saya sampai selesai, tuanku juga memberi saya dua genggam intan permata untuk modal usaha orangtua saya, dan terakhir tuanku harus memberi 'lembing' sepanjang delapan ruas jari untuk saya sendiri."
Tanpa banyak pernik, Bulbul pun kembali ke rumah Zulfa dengan membawa kantung sutera.
"Ini pesananmu nduk," Bulbul membuka kata, "uang 10.000 dinar untuk jaminan pendidikan adik-adikmu, kotak berukir ini berisi dua genggam intan permata untuk orangtuamu, dan lembing yang dua ruas jari sudah menunggu di istana."
"Tapi saya minta delapan ruas jari," protes Zulfa.
"Jangan kuatir nduk, yang enam ruas jari ada ane bawa sekarang..!!"