Semuanya Milik Tuhan
Seorang pria yang adalah jemaat bertemu seorang pendeta yang adalah gembala sidangnya di jalan. Bapak pendeta yang baik ini pun berinisiatif untuk mengajak jemaatnya ini makan malam. Setelah makan malam selesai, Pak pendeta pun dengan gembira membayar tagihannya.
Sebelum mereka berpisah, terjadi percakapan singkat diantara mereka.
Jemaat: "Pak Pendeta, saya tidak akan berterima kasih untuk makanan yang sudah Bapak belikan."
Pak Pendeta: "Lho, memang kenapa?"
Jemaat: "Karena semua yang Bapak Pendeta punya sebenarnya adalah milik-Nya Tuhan!"
Pak pendeta pun hanya senyum kecil tanpa meresponi perkataan jemaat tersebut. Mereka bersalaman dan berpisah. Suatu waktu mereka bertemu lagi di jalan. Terdorong rasa lapar, jemaat ini berinisiatif untuk mengajak Pak Pendetanya ke restoran yang sama untuk makan malam.
Jemaat: "Bapak Pendeta, saya lapar nih, kita ke restoran yang kemaren kita kunjungi lagi yuk?"
Pak Pendeta pun berpikir sebentar. Lalu dengan senyum ramahnya dia pun menjawab.
Pak Pendeta: "Maaf ya Bapak, karena uang dan segala yang saya miliki adalah milik Tuhan, jadi saya akan tanya Tuhan dulu apakah boleh saya makan di restoran itu lagi bersama Bapak."
Sebelum mereka berpisah, terjadi percakapan singkat diantara mereka.
Jemaat: "Pak Pendeta, saya tidak akan berterima kasih untuk makanan yang sudah Bapak belikan."
Pak Pendeta: "Lho, memang kenapa?"
Jemaat: "Karena semua yang Bapak Pendeta punya sebenarnya adalah milik-Nya Tuhan!"
Pak pendeta pun hanya senyum kecil tanpa meresponi perkataan jemaat tersebut. Mereka bersalaman dan berpisah. Suatu waktu mereka bertemu lagi di jalan. Terdorong rasa lapar, jemaat ini berinisiatif untuk mengajak Pak Pendetanya ke restoran yang sama untuk makan malam.
Jemaat: "Bapak Pendeta, saya lapar nih, kita ke restoran yang kemaren kita kunjungi lagi yuk?"
Pak Pendeta pun berpikir sebentar. Lalu dengan senyum ramahnya dia pun menjawab.
Pak Pendeta: "Maaf ya Bapak, karena uang dan segala yang saya miliki adalah milik Tuhan, jadi saya akan tanya Tuhan dulu apakah boleh saya makan di restoran itu lagi bersama Bapak."