Menjadi Lurah Dapat Banyak Amplop
Agus barusan diangkat sebagai lurah di desanya. Ia lalu mengadakan pesta syukuran di rumahnya. Banyak yang memberinya hadiah, termasuk amplop tentunya.
Setelah acara selesai, di kamar pribadinya, Agus dengan anak dan istrinya sibuk menghitung satu persatu amplop yang telah diterima. Wah Bukan main! Banyak sekali!
Tetapi mengetahui hal itu, anaknya, si Budi justru menjadi sangat kecewa. Ia segera berlari keluar dan menangis di ruang tamu. Ibunya langsung memburu dan bertanya kepadanya, "Kenapa menangis Budi? Bukankah seharusnya kamu gembira, Bapak menerima banyak amplop. Nanti kamu bisa dibelikan baju baru, mainan, dan macam-macam hal yang menyenangkan."
"Tidak, Budi tidak mau Bapak jadi Lurah."
"Lho, mengapa kamu tidak setuju kalau Bapak jadi Lurah, 'kan kita bisa terima banyak amplop," jelas ibunya.
"Dari dulu 'kan Budi sudah bilang, supaya bisa terima amplop lebih banyak lagi, sebaiknya Bapak kerja di Kantor Pos saja."
Setelah acara selesai, di kamar pribadinya, Agus dengan anak dan istrinya sibuk menghitung satu persatu amplop yang telah diterima. Wah Bukan main! Banyak sekali!
Tetapi mengetahui hal itu, anaknya, si Budi justru menjadi sangat kecewa. Ia segera berlari keluar dan menangis di ruang tamu. Ibunya langsung memburu dan bertanya kepadanya, "Kenapa menangis Budi? Bukankah seharusnya kamu gembira, Bapak menerima banyak amplop. Nanti kamu bisa dibelikan baju baru, mainan, dan macam-macam hal yang menyenangkan."
"Tidak, Budi tidak mau Bapak jadi Lurah."
"Lho, mengapa kamu tidak setuju kalau Bapak jadi Lurah, 'kan kita bisa terima banyak amplop," jelas ibunya.
"Dari dulu 'kan Budi sudah bilang, supaya bisa terima amplop lebih banyak lagi, sebaiknya Bapak kerja di Kantor Pos saja."