Kurang Bersosialisasi Dengan yang Masih Hidup
Dalam tradisi Jawa ada kebiasaan "ruwahan". Pada kesempatan itu, banyak orang pergi ke makam untuk membersihkan batu nisan dan memanjatkan doa bagi keselamatan orang yang telah meninggal. Di makam, orang akan berusaha memperkenalkan saudara-saudara maupun teman-teman yang sudah meninggal kepada orang yang diajaknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh sebuah keluarga kecil ini,
"Ini makamnya nenek Ibu dan sebelahnya itu makam kakeknya Ayah," kata si Ibu kepada anak laki-laki satu-satunya.
"Kalau yang itu, Bu?" tanya si anak.
"Makam temannya teman Ayah!" jawab ibu.
"Kalau yang di pojok itu, Yah?!" tanya si anak kepada ayahnya.
"Itu makam seorang pejuang yang meninggal terkena pecahan peluru pada saat kita masih dijajah Jepang dulu!" jawab Ayah.
"Juga saudara?" tanya si anak penasaran.
"Ya, dia itu masih `pakde`-nya `oom`-nya ibumu!"
"Eh, lihat!! Bu Darmo juga ke makam!" si anak berseru sambil menunjuk pada seorang ibu.
"Siapa dia, Nak?"
"Tetangga kita di seberang jalan. Lho, Ayah dan Ibu tidak mengenalnya?"
"Ini makamnya nenek Ibu dan sebelahnya itu makam kakeknya Ayah," kata si Ibu kepada anak laki-laki satu-satunya.
"Kalau yang itu, Bu?" tanya si anak.
"Makam temannya teman Ayah!" jawab ibu.
"Kalau yang di pojok itu, Yah?!" tanya si anak kepada ayahnya.
"Itu makam seorang pejuang yang meninggal terkena pecahan peluru pada saat kita masih dijajah Jepang dulu!" jawab Ayah.
"Juga saudara?" tanya si anak penasaran.
"Ya, dia itu masih `pakde`-nya `oom`-nya ibumu!"
"Eh, lihat!! Bu Darmo juga ke makam!" si anak berseru sambil menunjuk pada seorang ibu.
"Siapa dia, Nak?"
"Tetangga kita di seberang jalan. Lho, Ayah dan Ibu tidak mengenalnya?"