Dengan Cara Lain
Ketika si Joko harus ke London untuk suatu training jangka panjang, ia menitipkan kucing Siam kesayangannya ke adiknya untuk dirawat dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena ia sangat menyayangi kucing itu.
Setelah 2 bulan di London ia ingat akan kucingnya dan segera menelpon adiknya si Joni:
"Jon,gimana kucingku?". "Mati!",jawab si Joni singkat sambil meletakan gagang telponnya.
Dengan perasaan penasaran,si Joko kembali menelpon adiknya dan berkata :
"Kamu ini bagaimana sih, koq kasar sekali mengatakan kucingku mati, titik.Kamu kan tahu aku sayang sekali sama kucing itu, jadi kamu bisa mengatakannya secara bertahap. Kamu bisa mengatakan bahwa hari ini ia main-main di atap. Besok kamu bisa ceritakan bahwa ia terjatuh. Lusanya kamu bisa menceritakan bahwa kakinya patah dan besoknya lagi kamu bisa mengatakan bahwa ia sudah tidak tertolong lagi. Dasar anak yang tidak tahu perasaan orang. Eh...ngomong-ngomong...bagaimana keadaan ibu?"
Setelah berpikir sejenak si Joni menjawab kalem:
"Hari ini ia main-main di atap."
Setelah 2 bulan di London ia ingat akan kucingnya dan segera menelpon adiknya si Joni:
"Jon,gimana kucingku?". "Mati!",jawab si Joni singkat sambil meletakan gagang telponnya.
Dengan perasaan penasaran,si Joko kembali menelpon adiknya dan berkata :
"Kamu ini bagaimana sih, koq kasar sekali mengatakan kucingku mati, titik.Kamu kan tahu aku sayang sekali sama kucing itu, jadi kamu bisa mengatakannya secara bertahap. Kamu bisa mengatakan bahwa hari ini ia main-main di atap. Besok kamu bisa ceritakan bahwa ia terjatuh. Lusanya kamu bisa menceritakan bahwa kakinya patah dan besoknya lagi kamu bisa mengatakan bahwa ia sudah tidak tertolong lagi. Dasar anak yang tidak tahu perasaan orang. Eh...ngomong-ngomong...bagaimana keadaan ibu?"
Setelah berpikir sejenak si Joni menjawab kalem:
"Hari ini ia main-main di atap."