Muntah (Humor Irian)
Hiduplah seorang kakek dan nenek di sebuah pulau kecil di pesisir pantai Irian. Keduanya kebetulan tidak dikaruniai keturunan sehingga segala keperluannya dikerjakan oleh mereka berdua tanpa syarat.
Suatu hari si kakek hendak mencoba perahu barunya ...( transportasi di pesisir pantai Irian rata-rata menggunakan perahu, baik dengan menggunakan dayung maupun motor tempel). Karena suasana laut saat itu kurang menguntungkan akibat gelombang yang agak besar, maka si kakek mengatakan sama si nenek agar nggak usah ikut saja, soalnya si kakek kuatir banget jangan-jangan si nenek mual alias mabuk laut sehingga perahu barunya ini akan dijadikan sasaran muntah si nenek. Namun si nenek bersikeras agar diizinkan ikut, maklumlah ... pasangan sejati sich. Segala bujuk rayu sudah diupayakan oleh si kakek agar si nenek berdiam aza di rumah namun tak berhasil. Akhirnya dengan satu syarat, bahwa si nenek nggak boleh mabuk laut maka ikutlah si nenek bersama do'inya ini mengujicobakan perahu baru mereka di seputar pulau tersebut.
Saat itu kondisi laut sekitar pulau tersebut tidak mau diajak kompromi dengan program layak dayung yang dikomandoi oleh sang kakek ini. Akibatnya fatal, bahwa si nenek walaupun dari sononyo sudah imun dengan problematika kelautan (iklim, cuaca, gelombang, dll) ternyata saat itu daya tahan tubuhnya menurun drastis, sempoyongan di atas perahu, lemas tak berdaya dipermainkan gelombang, sehingga tanpa disangka-sangka muntahlah si nenek ... namun muntahnya di dalam perahu barunya si kakek. So pasti ... tanpa basa-basi, tanpa aba-aba meluncurlah umpatan, caci maki yang keluar dari mulut si kakek akibat perahu barunya dimuntahin sama si nenek. Saat si kakek "melagukan tembang-tembang minor" tersebut si nenek hanya diam dan hanya mendengarkan dengan pasrah "lagu" si kakek tersebut. Setelah si kakek puas "bernyanyi" maka tiba-tiba menyelalah si nenek, katanya : " masa sich kamu bisa marahin saya seenak perutmu aza gara-gara saya hanya sekali muntah di perahumu, lupa ya .... kalau kamu setiap malam selalu muntah di perahuku ... saya sekalipun nggak pernah marahin kamu":)
Suatu hari si kakek hendak mencoba perahu barunya ...( transportasi di pesisir pantai Irian rata-rata menggunakan perahu, baik dengan menggunakan dayung maupun motor tempel). Karena suasana laut saat itu kurang menguntungkan akibat gelombang yang agak besar, maka si kakek mengatakan sama si nenek agar nggak usah ikut saja, soalnya si kakek kuatir banget jangan-jangan si nenek mual alias mabuk laut sehingga perahu barunya ini akan dijadikan sasaran muntah si nenek. Namun si nenek bersikeras agar diizinkan ikut, maklumlah ... pasangan sejati sich. Segala bujuk rayu sudah diupayakan oleh si kakek agar si nenek berdiam aza di rumah namun tak berhasil. Akhirnya dengan satu syarat, bahwa si nenek nggak boleh mabuk laut maka ikutlah si nenek bersama do'inya ini mengujicobakan perahu baru mereka di seputar pulau tersebut.
Saat itu kondisi laut sekitar pulau tersebut tidak mau diajak kompromi dengan program layak dayung yang dikomandoi oleh sang kakek ini. Akibatnya fatal, bahwa si nenek walaupun dari sononyo sudah imun dengan problematika kelautan (iklim, cuaca, gelombang, dll) ternyata saat itu daya tahan tubuhnya menurun drastis, sempoyongan di atas perahu, lemas tak berdaya dipermainkan gelombang, sehingga tanpa disangka-sangka muntahlah si nenek ... namun muntahnya di dalam perahu barunya si kakek. So pasti ... tanpa basa-basi, tanpa aba-aba meluncurlah umpatan, caci maki yang keluar dari mulut si kakek akibat perahu barunya dimuntahin sama si nenek. Saat si kakek "melagukan tembang-tembang minor" tersebut si nenek hanya diam dan hanya mendengarkan dengan pasrah "lagu" si kakek tersebut. Setelah si kakek puas "bernyanyi" maka tiba-tiba menyelalah si nenek, katanya : " masa sich kamu bisa marahin saya seenak perutmu aza gara-gara saya hanya sekali muntah di perahumu, lupa ya .... kalau kamu setiap malam selalu muntah di perahuku ... saya sekalipun nggak pernah marahin kamu":)