Tukang Martabak
Saya baru pindah ke Komplek Perumahan. Setiap sekitar jam 9 malam, lewat tukang martabak memukul-mukul penggorengan dengan keras. Dhok Dhok Dhok. Sehari dua hari saya masih tahan, tapi lama lama empet juga. Maklum kamar saya persis di pinggir jalan dan Dhok 3x itu amat sangat memekakkan telinga.
Akhirnya saya ambil keputusan untuk menegur si tukang martabak. Mendekati jam 9 malam saya sudah siap siaga di dekat pagar. Begitu si tukang martabak mendekat dan melakukan ritualnya dengan dhok dhok dhok saya dekati tukang martabak itu. Terus saya bilang: "Pak, mbok kalau mukul wajan jangan kenceng2. Bising nih".
Dia menjawab:"Yang besar 3500 rupiah, yang biasa 2500 rupiah..".
oooo pantess.
Akhirnya saya ambil keputusan untuk menegur si tukang martabak. Mendekati jam 9 malam saya sudah siap siaga di dekat pagar. Begitu si tukang martabak mendekat dan melakukan ritualnya dengan dhok dhok dhok saya dekati tukang martabak itu. Terus saya bilang: "Pak, mbok kalau mukul wajan jangan kenceng2. Bising nih".
Dia menjawab:"Yang besar 3500 rupiah, yang biasa 2500 rupiah..".
oooo pantess.