Sebnin, Selabsa & Jubmat
Mengingat umur sudah "above forty four", pak Van Danoe mulai berkurang pula kejantanannya. Dulu gelar S1 di Universitas nggak kesampaian, sekarang
malahan "S3" dia sabet. Harap maklum S3 yang ini dalam tanda kutip, alias Sebulan Sekali Setor-nya. Mami Van Danoe yang tergolong masih muda sering belingsatan melihat perkembangan suami yang dari "pandangan hidup", turun menjadi "sentuan hidup" kok sekarang jadi "susah hidup".
Royal di waktu muda, meyesal dikala tua. Begitu kata tukang obat di tempat
Sekatenan.
Akhirnya, kemana lagi kalau bukan ke Tabib khusus laki-laki. Di beri salep khusus, diberi tablet khusus. Maka alhamdulilah status instrumen berubah dari "susah hidup" menjadi "sentuhan hidup".
(Cuma...ada cumanya...)
Alat yang sudah di "tune-up" ini tidak boleh dipakai "ngetrek" terus-terusan, takut "overheating". Untuk membatasi kegiatannya, dibuat jadwal dimana tidak boleh menghunus pusaka pada hari dimana tidak terdapat hurup "B".
Jadi papi Van Danoe, tidak boleh ber YaYaYa hanya hari Minggu, Senin, Selasa, Kamis
dan Jumat.
Sebulan peraturan diikuti, pasutri (pasangan suami istri) masih "toat", taat kata pak Asmuni. Bulan kedua, hari Jumat, bertepatan dengan dorongan tenaga dalam yang membuat badannya gelisah, dan kejang-kejang lokal.
Akhirnya dibelainya sang mami yang sedang tertidur, sampai ia terjaga.
"Lho papi hari apa ini ", demikian sang mami mencoba menyadarkan suaminya secara diplomatis jangan melanggar aturan pak tabib.
Sonder basa basi, sang suami menubruk mami sambli berkata "ini hari Jumbbbat"
malahan "S3" dia sabet. Harap maklum S3 yang ini dalam tanda kutip, alias Sebulan Sekali Setor-nya. Mami Van Danoe yang tergolong masih muda sering belingsatan melihat perkembangan suami yang dari "pandangan hidup", turun menjadi "sentuan hidup" kok sekarang jadi "susah hidup".
Royal di waktu muda, meyesal dikala tua. Begitu kata tukang obat di tempat
Sekatenan.
Akhirnya, kemana lagi kalau bukan ke Tabib khusus laki-laki. Di beri salep khusus, diberi tablet khusus. Maka alhamdulilah status instrumen berubah dari "susah hidup" menjadi "sentuhan hidup".
(Cuma...ada cumanya...)
Alat yang sudah di "tune-up" ini tidak boleh dipakai "ngetrek" terus-terusan, takut "overheating". Untuk membatasi kegiatannya, dibuat jadwal dimana tidak boleh menghunus pusaka pada hari dimana tidak terdapat hurup "B".
Jadi papi Van Danoe, tidak boleh ber YaYaYa hanya hari Minggu, Senin, Selasa, Kamis
dan Jumat.
Sebulan peraturan diikuti, pasutri (pasangan suami istri) masih "toat", taat kata pak Asmuni. Bulan kedua, hari Jumat, bertepatan dengan dorongan tenaga dalam yang membuat badannya gelisah, dan kejang-kejang lokal.
Akhirnya dibelainya sang mami yang sedang tertidur, sampai ia terjaga.
"Lho papi hari apa ini ", demikian sang mami mencoba menyadarkan suaminya secara diplomatis jangan melanggar aturan pak tabib.
Sonder basa basi, sang suami menubruk mami sambli berkata "ini hari Jumbbbat"