Nanti disangka berdansa
Di tangga gereja, mata Pak Pendeta bertatapan mata dengan seorang gadis cantik jelita, yang datang ke gereja itu untuk suatu urusan. Sudah beberapa kali mereka saling bertatapan, dan tanpa mereka sadari, di hati mereka masing-masing telah tumbuh suatu perasaan tertentu. Karena itu, ketika pada siang itu Pak Pendeta mengusulkan sesuatu pada gadis tersebut, ia sama sekali tidak terkejut dan menolak.
"Tapi di mana?" tanyanya.
"Di sini saja, di lantai," usul Pak Pendeta.
"Lantai itu terlalu dingin," kata gadis itu.
"Bagaimana kalau di bangku?"
"Terlalu sempit," kata gadis itu. "Tapi bagaimana kalau kita berdiri saja?"
"Oh, jangan," kata Pak Pendeta. "Jika seseorang kebetulan masuk, tentu mereka akan menyangka saya sedang berdansa dengan anda."
"Tapi di mana?" tanyanya.
"Di sini saja, di lantai," usul Pak Pendeta.
"Lantai itu terlalu dingin," kata gadis itu.
"Bagaimana kalau di bangku?"
"Terlalu sempit," kata gadis itu. "Tapi bagaimana kalau kita berdiri saja?"
"Oh, jangan," kata Pak Pendeta. "Jika seseorang kebetulan masuk, tentu mereka akan menyangka saya sedang berdansa dengan anda."